Kamis, 01 November 2012

Biografi Lengkap Imam Mahdi


Imam Mahdī (الإمام المهدي, Muhammad al-Mahdī, Mehdi; "Seseorang yang memandu") adalah seorang muslim berusia muda yang akan dipilih oleh Allah untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.
Hal ini diterangkan dalam sebuah hadist nabi yang diriwayatkan oleh Thabrani.
Telah bersabda Rasulullah SAW:

Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku (Muhammad bin Abdullah). Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun”. (HR. Thabrani)

Hadist lain yang menerangkan tentang kedatangan Imam Mahdi adalah sebagai berikut: Telah bersabda Rasulullah SAW :
"Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya”. (HR. Muslim dan Ahmad)

Imam Mahdi sebenarnya adalah sebuah nama gelar sebagaimana halnya dengan gelar khalifah, amirul mukminin dan sebagainya. Imam Mahdi dapat diartikan secara bebas bermakna "Pemimpin yang telah diberi petunjuk". Dalam bahasa Arab, kata Imam berarti "pemimpin", sedangkan Mahdi berarti "orang yang mendapat petunjuk".
Nama Imam Mahdi sebenarnya seperti yang disebutkan dalam hadist di atas, ia bernama Muhammad (seperti nama Nabi Muhammad), nama ayahnya pun sama seperti nama ayah Nabi Muhammad SAW yaitu Abdullah. Nama Imam Mahdi sama persis dengan Rasulullah SAW yaitu Muhammad bin Abdullah.

Tidak ada seorang pun dimuka bumi ini yang mengetahui tentang Imam Mahdi dan ciri-cirinya , kecuali Rasulullah, karena Rasululah dibimbing oleh wahyu. Oleh karena itu bagi kita sebaik-baiknya tempat untuk merujuk tentang perkara ini adalah apa yang baginda Rasulullah katakan dalam hadist-hadistnya sebagai berikut:
Telah bersabda Rasulullah SAW:
Al-Mahdi berasal dari umatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kekhalifahan) berumur tujuh tahun”. (HR. Abu Dawud dan al-Hakim) 

Telah bersabda Rasulullah SAW:
“Al-Mahdi berasal dari umatku, dari keturunan anak cucuku”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Kemunculan Imam Mahdi bukan karena kemauan Imam Mahdi itu sendiri melainkan karena takdir Allah yang pasti berlaku. Bahkan Imam Mahdi sendiri tidak menyadari bahwa dirinya adalah Imam Mahdi melainkan setelah Allah SWT mengislahkannya dalam suatu malam, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadist berikut:
“Al-Mahdi berasal dari umatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)  

Kemunculan Imam Mahdi akan di dahului oleh beberapa tanda-tanda sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadist berikut: Aisyah Ummul Mukminin RA telah berkata:
“Pada suatu hari tubuh Rasulullah SAW bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya, “Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Akan terjadi suatu keanehan, yaitu bahwa sekelompok orang dari umatku akan berangkat menuju baitullah (Ka'bah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Ka'bah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi.” Kemudian kami bertanya, “Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang?” Beliau menjawab, “Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, serta ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam satu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah SWT akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing”. (HR. Bukhary, Muslim) 

Telah bersabda Rasulullah SAW:
Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka'bah), maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi.” (HR. Muslim)
Telah bersabda Rasulullah SAW:
Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke Baitullah. Lalu diutuslah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi.” (HR. Muslim) 

Telah bersabda Rasullah SAW:
Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bagian depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka.” (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah) 

Telah bersabda Rasulullah SAW:
Akan dibaiat seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut Ka'bah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)    

Telah bersabda Rasulullah SAW:
Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Ka'bah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka”. (HR. Ahmad)

Dalam hadist yang disebutkan di atas Imam Mahdi akan memimpin selama 7 atau 8 atau 9 tahun. Semasa kepemimpinannya Imam Mahdi akan membawa kaum muslimin untuk memerangi kezaliman, hingga satu demi satu kedzaliman akan tumbang takluk dibawah kekuasaanya.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Imam Mahdi dan pasukannya akan membuat murka raja kezaliman (Dajjal) sehingga membuat Dajjal keluar dari persembunyiannya dan berusaha membunuh Imam Mahdi serta pengikutnya.

Kekuasaan dan kehebatan Dajjal bukanlah lawan tanding Imam Mahdi oleh karena itu sesuai dengan takdir Allah, maka Allah SWT akan menurunkan Nabi Isa dari langit yang bertugas membunuh Dajjal. Imam Mahdi dan Nabi Isa akan bersama-sama memerangi Dajjal dan pengikutnya, hingga Dajjal mati ditombak oleh Nabi Isa di "Pintu Lud" dalam kompleks Al-Aqsa.

Minggu, 23 September 2012

Etika Persetubuhan Suami Istri dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaykum wr. wb.

Hanya Islam, satu-satunya agama di dunia ini yang membahas seluk beluk aktivitas manusia, dari ia bangun tidur, kemudian beraktivitas, hingga tertidur kembali. Bahkan, Rasulullah juga membahas hal-hal yang berkaitan dengan persetubuhan suami-istri. Dan beliau pun menyampaikannya secara tidak vulgar. Namun, banyak umat Islam yang tidak tahu menahu akan hal ini.
Hubungan seksual yang halal bukanlah hal tabu dalam Islam. Derasnya pengaruh tontonan pornografi bisa membuat Anda terpengaruh untuk melakukan perbuatan yang dilaknat Allah SWT ketika berhubungan dengan istri / suami  yang mana Anda tidak ketahui sama sekali tentang hukum perbuatan tersebut. Oleh karena itu, Penulis merasa penting untuk berbagi pengetahuan ini kepada Anda. Karena hal ini hampir tidak sama sekali dibicarakan, baik dalam ceramah, pelajaran agama di sekolah, dan bahkan nasehat dari orangtua.

Persetubuhan Suami Istri adalah Ibadah
Tahukah Anda bahwa Islam menganggap persetubuhan suami istri adalah ibadah ? Hal ini dikarenakan apabila persetubuhan dilakukan oleh mereka yang bukan suami istri maka perbuatan tersebut menjadi dosa.

Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)

Awali dengan Berdoa dan Cumbuan Mesra
Ketika di sekolah dulu, tentunya kita pernah diajarkan berbagai macam doa, seperti doa sebelum & sesudah makan, dst. Namun sayangnya, doa sebelum bersetubuh tidak diajarkan di sekolah, sehingga banyak orang yang tidak mengetahuinya. Dan kita langsung melakukannya begitu saja, tanpa diawali doa, apalagi cumbuan mesra.

Sebelum melakukan persetubuhan, kita dianjurkan untuk membaca doa agar Allah SWT melindungi anak yang akan lahir nanti.

Diterima dari Ibnu Abbas R.A. Ia berkata, Nabi SAW bersabda “Apabila seorang diantara kamu hendak melakukan persetubuhan dengan istrinya, hendaklah membaca  :
بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
– Bismillahi.. Allohumma JannibnaaSy-Syaytho0na wa jannibisy-Syaythoona maa rozaqtanaa –
(Dengan nama Alloh. Ya Alloh jauhkanlah setan dari kami dan dari anak kami yang akan Engkau anugrahkan kepada kami). Apabila mereka berdua memperoleh anak dari persetubuhan tersebut, niscaya setan tidak membahayakan anak tersebut.” (Hadits ke 101, H.R. Bukhori)

Ada yang mendefinisikan bahwa Ibadah adalah suatu perbuatan baik yang Allah SWT sukai. Oleh karena itu, ibadah sudah semestinya dilakukan dengan cara yang baik , tidak seenaknya, tidak merugikan kepentingan orang lain, tidak menyakiti orang lain dst. Begitu pula dalam hubungan intim, kita diajarkan agar memperlakukan pasangan kita dengan baik sekali. Jangan memperlakukan suami/istri seperti binatang yang mana dia harus mengikuti yang kita inginkan. Rasulullah SAW mengajarkan kita agar persetubuhan diawali dengan pemanasan seperti ucapan dan cumbuan romantis. Janganlah persetubuhan yang kita lakukan seperti bersetubuhnya binatang.

Sabda Rasul Allâh SAW: “Siapa pun diantara kamu, janganlah menyamai isteri seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan  itu ? Rasul Allâh SAW bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. At-Tirmidzi, Bukhâri, dan Muslim).
*perantaraan = foreplay.

Hal-Hal yang Diperbolehkan ketika Kita Bersetubuh
Kita perlu memperhatikan apa-apa saja yang boleh dilakukan ketika melakukan persetubuhan agar kita tidak menyakiti pasangan kita  hanya untuk memenuhi nafsu seksual. Islam memperbolehkan suami-istri melakukan berbagai macam gaya persetubuhan  asalkan tetap melalui vagina.

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Alloh dan kelak kamu akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.(QS. Al-Baqrah:223)

Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’.

Ijba' adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi vagina perempuan dari arah belakang atau istilah kerennya posisi 21. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang bersetubuh dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut untuk membantah anggapan perempuan-perempuan Yahudi kala itu dan membolehkan suami istri untuk melakukannya .

Tentunya hasrat seksual suami atau istri bisa datang sewaktu-waktu dan tidak bisa ditahan berlama-lama. Lalu bagaimana jika hasrat seksual suami muncul ketika istri sedang hamil ? Apakah  boleh suami menyetubuhi istri ketika sedang hamil ?

Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya Aku hendak melarang ghilah, tetapi aku teringat bahwa bangsa Romawi dan Persia melakukan hal itu dan itu tidak membahayakan anak-anak mereka" (HR. Muslim)

*Ghilah = bersetubuh dengan istri ketika hamil.
Rasulullah membolehkan suami menyetubuhi istrinya ketika hamil, namun perlu kehati-hatian. Dokter menyarankan agar berhati-hati menyetubuhi istri ketika hamil karena dapat menyebabkan keguguran janin.

Etika Setelah Melakukan Persetubuhan Suami Istri
Dari awal hingga melakukan persetubuhan, Islam memberikan kita bimbingan seperti yang telah uraikan di atas. Dan tentunya, setelah melakukan persetubuhan pun Islam juga mengajarkan kita apa yang seharusnya kita lakukan. Seseorang yang telah bersetubuh berarti dia dalam keadaan hadats besar. Seseorang yang berhadats besar baik bersetubuh atau pun mengeluarkan air mani saja diwajibkan untuk mandi janabat. Meskipun ketika bersetubuh (pertemuaan dua alat kelamin) tidak mengeluarkan air mani, tetap saja kita diwajibkan untuk mandi janabat atau mandi besar.

Dari Aisyah RA berkata "Apabila dua persunatan (laki-laki dan perempuan) telah bertemu maka bagi keduanya mandi. Saya telah melakukan demikian itu bersama Rasulullah, kemudian kami mandi". (Hadis riwayat Tirmidzi, Thabrani dan Daruquthni)

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah saw telah bersabda,“Jika seseorang telah berada di antara 4 anggota tubuh istrinya – maksudnya kedua tangan dan kedua kaki istri— lalu menyetubuhiinya, maka wajiblah mandi.” (HR. Bukhari)

Setelah Anda mandi janabat dan mulai beraktivitas atau pun bergaul dengan masyarakat, janganlah Anda menceritakan rahasia seksualitas pasangan Anda atau apa yang Anda lakukan ketika berhubungan intim kepada orang lain karena Allah SWT tidak menyukai mereka yang melakukan perbuatan ini.

Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya manusia yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat, adalah seorang pria yang menyetubuhi istrinya dan istrinya menyetubuhi suaminya kemudian ia ceritakan rahasia pasangannya” (H.R. Muslim).

Menceritakan rahasia seksualitas pasangan Anda kepada orang adalah suatu dosa besar sehingga Alloh melihat Anda sebagai manusia yang paling buruk di sisi-Nya. Fenomena saat ini, persetubuhan direkam dengan kamera foto atau handy cam. Apabila dokumentasi tersebut disebar ke orang lain, maka Anda jauh lebih buruk daripada orang yang menceritakannya dengan lisan.

Larangan-Larangan ketika Persetubuhan Suami Istri
Ada hal-hal yang diperbolehkan dan ada pula yang dilarang. Itulah kehidupan, seperti sebuah  koin  dengan gambar yang saling bersisian. Begitu pula dalam persetubuhan, kita perlu memperhatikan apa yang Allah SWT larang bagi kita untuk melakukannya. Pelarangan ini tentunya untuk kebaikan kita juga agar persetubuhan yang seharusnya dilakukan dengan cinta dan kasih sayang tidak berubah menjadi perbuatan yang menyakitkan atau bahkan menimbulkan penyakit.

Apa-apa saja yang dilarang ketika melakukan persetubuhan ?
1. Jangan melakukan persetubuhan ketika istri sedang haidh
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allâh kepadamu. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222) 

Namun demikian, hubungan seksual ketika istri sedang haidh tetap diperbolehkan asalkan tidak melakukan pertemuan dua alat kelamin.
Dari Aisyah RA. ia berkata, "Apabila salah seorang dari kami (istri-istri Nabi Muhammad) sedang haidh,padahal Rasulullah sedang ingin bercumbu maka disuruhnya istri beliau untuk memakai sarung, sesudah itu beliau mencumbunya. " Aisyah menambahkan "Siapakah diantara kamu yang sanggup mengendalikan nafsunya sebagaimana Rasulullah SAW sanggup mengendalikannya ?" (HR. Bukhori, no.191)

2. Alloh mengutuk pelaku anal sex
Dari Abu Hurairah radhiy Allâhu `anhu, Rasul Allâh SAW bersabda, “Terkutuklah siapa saja yang menggauli isterinya melalui duburnya”. (HR. Abu Dâud dan al-Nasâ’iy)
Apabila Anda kritis dan bijak menafsirkan kata ladang pada surah Al-Baqarah : 223, maka sesungguhnya ladang adalah tempat bercocok tanam. Dengan kata lain, bercocok tanam pada manusia ( lebih tepatnya pembuahan/fertilisasi ) hanya dapat dilakukan melaui vagina, bukan melalui melalui dubur (anal sex).

Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaykum wr.wb.

Rabu, 19 September 2012

RPP DAN SILABUS PAI BERKARAKTER SMA

Rpp Pai SMA Berkarakter Tahun Ajaran 2012/2013


Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 2 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 2 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 2 [Download]

Silabus Pai SMA Berkarakter Tahun Ajaran 2012/2013


Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 2 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 2 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 2 [Download]

Jumat, 14 September 2012

Biografi Buya Yahya

Buya Yahya Zainul Maarif

 
Sekilas Tentang Buya Yahya

Kedatangan Buya Yahya Zainul Maarif (yang lebih akrab disapa Buya Yahya) ke Cirebon pada akhir tahun 2005 dalam rangka mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun (seorang guru yang sangat berpengaruh didalam perjalanan ilmiah Buya Yahya) untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Yahya dengan teman-temanya Habib Hasan Aljufri, ustadz Budi Abdullathif, ustadz Abdul Aziz Muslim dan ustadz Fathurrahman mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Dan saat itu Yahya belum mendapatkan izin dari gurunya untuk berdakwah ke masyarakat.

Pada pertengahan 2006 Buya Yahya menghadap kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Yahya memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya di mudahkan oleh Allah untuk membuka majlis-majlis taklim di Masjid terbesar di Cirebon masjid Attaqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah hampir memenuhi ruangan dalam masjid. Ia meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah karena berkat ridha para gurunya lebih khusus lagi adalah Habib Abdullah Baharun. Bersamaan itu juga Yahya membuka majlis taklim bulanan di berbagai tempat hingga 29 majlis yang beliau asuh di Cirebon Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Diantaranya adalah majlis yang diadakan masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid al Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina Klayan, masjid Almustaqim Weru dan beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll. Majleis yang Buya Yahya asuh diberi nama Majlis Al-Bahjah sekaligus nama pesantren yang saat ini Buya Yahya rintis.



Tahap perkenalan Buya Yahya dengan masyarakat di samping kesabaranya untuk bersilaturrahmi ke musholla-musholla dan masjid-masjid. Buya Yahya pada pertengahan 2006, selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Salma 101 FM yang saat itu Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Dan selama itu pula Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian pengajian.

Di media cetak Buya Yahya juga ikut berdakwah. Selama bulan Ramadhan yang lalu Buya Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Radar Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengisi artikel diharian tersebut disetiap hari Jumat dalam Oase Iman. Buya Yahya mengasuh rubrik masail diniyah disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di jawa timur.

Dan alhamdulillah saat inipun Buya Yahya dan tim dakwahnya (atas pertolongan Allah) bisa menghadirkan Website media dakwah online (www.buyayahya.org) dalam upaya membidik semua celah kehidupan manusia untuk bisa diisi dengan dakwah dan pada tgl 10 januari 2010 menghadirkan radio dakwah RADIO QU 98.5 FM (www.radioquonline.com).


Perjalanan Ilmiah Yahya

Sebelum ke Yaman Pendidikan dasar hingga SMP diselesaikan di kota kelahirannya. Disamping itu juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di pesantren Darullughah Wadda’wah di Bangil Pasuruan Jatim dibawah asuhan al Murobbi Al Habib Hasan bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar dipesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan. Pada tahun 1996 berangkat ke univ al-Ahgaf atas perintah sang guru Habib Hasan Baharun hingga akhir 2005.

Buya Yahya selama 9 tahun di Yaman belajar fiqih diantaranya kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur bin Hafid. Selama di Yaman, ia pun belajar Ilmu Hadits diantaranya kepada DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi dari Iraq, Habib Salim Asysyathri dan Sayyihd Ahmad Bin Husin Assegaf.

Dari Habib Salim Asysyatiri Buya Yahya sempat mengambil beberapa disiplin ilmu diantaranya fiqih, aqidah, ulummul quran dan mustholah alhadits. Biarpun Buya Yahya tidak tinggal dipesantren (Rubath) Habib Salim Asysyathri Buya Yahya mendapatkan kesempatan yang sangat banyak untuk belajar dari beliau. Sebab dipagi hari Habib Salim mengajar di kampus dan sore hari hingga malam Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau 4 kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim.
 
Hadits dan ilmu haditsnya di ambil dari beberapa guru diantaranya adalah Dr Ismail Kadhim Al Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakarnya diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti (semuanya adalah dari Syingqiti–Mortania yang mereka adalah para ulama dalam Madhab Maliki) dan DR Mahmud Assulaimani dari Mesir.
 
Ilmu bahasa Arabnya di ambil dari Syekh Muhammad Alhafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurah Uquduljuman dalam ilmu balaghoh, thurroh lamiyatul afal dalam ilmu shorof dan thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir seorang Alim dari madhab maliki.
 
Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama 3 tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) Universitas Al-Ahgaff. Sekarang Buya Yahya aktif berdakwah di masyarakat dan mengasuh majelis Al-Bahjah dan pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Guru-guru  Buya Yahya.
 
Ada dua guru murobbi Buya Yahya yang sangat mempengaruhi didalam perjalanan ilmiyah Buya Yahya. Yang pertama adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun pengasuh dan pendiri Pon-pes Darullughoh Waddakwah Bangil-Pasuruan-Jawa Timur. Yang kedua adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun rektor universitas Al Ahgaff Republik Yaman. Buya Yahya mempunyai sanad ilmu dari guru-guru yang sangat jelas. Selain dari murobbi dan mursidnya tersebut guru Buya Yahya amat banyak , diantaranya adalah :

A-Dari indonesia.
1-Habib Husin bin Soleh Almuhdhor, Bondowoso
2-Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil
3-Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil.
4-Ust Qoimuddin Abdullah, Bangil
5-Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang
6-Habib Abdullah Maulahailah, Malang.
7-Habib Muhammad Alhaddad, Malang
8-Ust Nasihin, Bangil.
9- KH Imron Mahbub, Blitar.dll
 
B-Dari Luar Negri.
1- Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman
2- Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim,Yaman
3- Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim,Yaman
4- Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman
5- Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim,Yaman
6- DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi, Iraq.
7- Habib Salim Asysyathri Tarim,Yaman
8- Syeh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Mortania.
9- Syeh Muhammad Amin Assyingqiti, Mortania.
10-Syeh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti, Mortania .
11-DR Mahmud Assulaimani, Mesir.
12- Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan Mesir.
13-Dll.

Minggu, 22 April 2012

Biografi Ustadz Yusuf Mansyur

 

Yusuf Mansur

Lahir: 19 Desember 1976 (31 tahun) Pekerjaan: Pendiri Wisatahati Corporation/dakwah
Pendidikan: IAIN Jakarta

Karya:
Mencari Tuhan Yang Hilang (Buku)
Mahakasih (Sinetron)
Kun Fa Yakuun (Film dan Sinetron)



Ustadz Yusuf Mansyur dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati. Ustadz kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini melalui perjalanan berliku sampai menjadi ustadz terkenal seperti sekarang.

Ustadz Yusuf lahir dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah dan sangat dimanja orang tuanya. Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di jurusan Informatika namun berhenti tengah jalan karena lebih suka balapan motor.

Pada tahun 1996, dia terjun di bisnis Informatika. Sayang bisnisnya malah menyebabkan ia terlilit utang yang jumlahnya miliaran. Gara-gara utang itu pula, Ustadz Yusuf merasakan dinginnya hotel prodeo selama 2 bulan. Setelah bebas, Ustadz Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustadz Yusuf kembali masuk bui pada 1998.

Saat di penjara itulah, Ustadz Yusuf menemukan hikmah tentang shodaqoh. Selepas dari penjara, Ustadz Yusuf berjualan es di terminal Kali Deres. Berkat keikhlasan sedekah pula, akhirnya bisnis Ustadz Yusuf berkembang. Tak lagi berjualan dengan termos, tapi memakai gerobak, Ia juga mulai punya anak buah.

Hidup Ustadz Yusuf mulai berubah saat ia berkenalan dengan polisi yang memperkenalkannya dengan LSM. Selama kerja di LSM itulah, Ustadz Yusuf membuat buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku yang terinspirasi oleh pengalamannya di penjara saat rindu dengan orang tua. Tak dinyana, buku itu mendapat sambutan yang luar biasa.

Ustadz Yusuf sering diundang untuk bedah buku tersebut. Dari sini, undangan untuk berceramah mulai menghampirinya. Di banyak ceramahnya, ia selalu menekankan makna di balik sedekah dengan memberi contoh-contoh kisah dalam kehidupan nyata.

Karier Ustadz Yusuf makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset Tausiah Kun Faya Kun, The Power of Giving dan Keluarga.

Konsep sedekah pula yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan yang didasarkan pada kisah nyata.

Ustadz Yusuf juga menggarap sebuah film berjudul KUN FA YAKUUN yang dibintanginya bersama Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari. Film ini merupakan proyek pamungkas dari kegiatan roadshow (ceramah keliling) berjudul sama selama Januari-April 2008.

Melalui Wisata Hati, ia menyediakan layanan SMS Kun Fayakuun untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang ada. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi seluruh keluarga besar Wisatahati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul Quran Wisatahati.

Meski tak sempat menuntaskan kuliah, Ustadz Yusuf bersama dua temannya mendirikan perguruan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika.

Ustadz Yusuf menikah dengan Siti Maemunah dan telah dikaruniai tiga orang anak.

Selasa, 03 April 2012

Kumpulan Silabus/RPP Fiqih MA Berkarakter

Akhirnya bisa juga membalas sms teman/kakak,,, Kepada Kandaku Hj. Khadijah, ..semoga  tulisan ini menjadi referensi pembuatan Perangkat Pembelajaran di Madrasah Aliyah…tulisan Ini merupakan kumpulan SKL, Silabus, RPP, Promes, Protah, Rincian Efekif dan Pemetaan untuk mata pelajaran Fiqih Madrasah Aliyah. RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA Berkarakter
           
1. Standar Kompetensi Lulusan Pelajaran Fiqih RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA            
- SKL Fiqih MA Kelas X, 1-2
- SKL Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- SKL Fiqih MA Kelas XII, 1-2

2. Sylabus Silabus Fiqih RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA Berkarakter           
- SILABUS Fiqih MA Kelas X, 1-2
- SILABUS Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- SILABUS Fiqih MA Kelas XII, 1-2

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA Berkarakter           
- RPP Fiqih MA Kelas X, 1-2
- RPP Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- RPP Fiqih MA Kelas XII, 1-2

6. Rincian Efektif RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA Berkarakter                         
RINCIAN EFEKTIF Fiqih MA Kelas X, 1-2
- RINCIAN EFEKTIF Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- RINCIAN EFEKTIF Fiqih MA Kelas XII, 1-2

7. PEMETAAN SK-KD Fiqih MA RPP Fiqih MA Berkarakter  RPP Fiqih MA Berkarakter           
- PEMETAAN SK-KD Fiqih MA Kelas X, 1-2
- PEMETAAN SK-KD Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- PEMETAAN SK-KD Fiqih MA Kelas XII, 1-2

8. KKM Fiqih MA RPP Fiqih MA Berkarakter RPP Fiqih MA Berkarakter                         
- KKM Fiqih MA Kelas X, 1-2
- KKM Fiqih MA Kelas XI, 1-2
- KKM Fiqih MA Kelas XII, 1-2

Sumber Brita (http://khairilusman.wordpress.com)

Selasa, 20 Maret 2012

HAK ISTERI ATAS SUAMI

Dr. Yusuf Qardhawi
PERTANYAAN
Saya menikah  dengan  seorang  laki-laki  yang  usianya lebih  tua  daripada saya dengan selisih lebih dari dua puluh tahun. Namun,  saya  tidak  menganggap  perbedaan usia    sebagai   penghalang   yang  menjauhkan   saya daripadanya atau membuat saya lari  daripadanya.  Kalau dia  memperlihatkan  wajah,  lisan,  dan hatinya dengan baik sudah barang tentu hal  itu  akan  melupakan  saya terhadap  perbedaan  usia ini. Tetapi sayang, semua itu tak saya peroleh. Saya tidak pernah  mendapatkan  wajah yang  cerah,  perkataan  manis, dan perasaan hidup yang menenteramkan.   Dia   tidak   begitu   peduli   dengan keberadaan saya dan kedudukan saya sebagai isteri. 

Dia  memang  tidak  bakhil  dalam  memberi  nafkah  dan pakaian, sebagaimana dia juga  tidak  pernah  menyakiti badan  saya.  Tetapi,  tentunya  bukan  cuma  ini  yang diharapkan oleh seorang isteri terhadap suaminya.  Saya melihat  posisi  saya  hanya sebagai objek santapannya, untuk  melahirkan  anak,  atau   sebagai   alat   untuk bersenang-senang  manakala  ia  butuh bersenang-senang. Inilah yang menjadikan saya merasa  bosan,  jenuh,  dan hampa.  Saya  merasakan  hidup  ini sempit. Lebih-lebih bila saya melihat teman-teman saya yang  hidup  bersama suaminya   dengan   penuh  rasa  cinta,  tenteram,  dan bahagia.
Pada suatu kesempatan saya  mengadu  kepadanya  tentang sikapnya  ini,  tetapi  dia  menjawab  dengan bertanya, "Apakah aku kurang dalam  memenuhi  hakmu?  Apakah  aku bakhil dalam memberi nafkah dan pakaian kepadamu?"

Masalah  inilah  yang ingin saya tanyakan kepada Ustadz agar suami isteri  itu  tahu:  Apakah  hanya  pemenuhan kebutuhan  material  seperti makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal itu saja yang  menjadi  kewajiban  suami terhadap  isterinya  menurut hukum syara'? Apakah aspek kejiwaan tidak ada nilainya  dalam  pandangan  syari'at Islam yang cemerlang ini?
Saya,  dengan  fitrah  saya  dan  pengetahuan saya yang rendah ini, tidak percaya kalau ajaran Islam  demikian. Karena  itu, saya mohon kepada Ustadz untuk menjelaskan aspek psikologis  ini  dalam  kehidupan  suami  isteri, karena hal itu mempunyai dampak yang besar dalam meraih kebahagiaan dan kesakinahan sebuah rumah tangga.
Semoga Allah menjaga Ustadz.

JAWABAN
Apa yang  dipahami  oleh  saudara  penanya  berdasarkan fitrahnya   dan  pengetahuan  serta  peradabannya  yang rendah itu  merupakan  kebenaran  yang  dibawakan  oleh syari'at Islam yang cemerlang.

Syari'at   mewajibkan   kepada   suami  untuk  memenuhi kebutuhan  isterinya  yang  berupa  kebutuhan  material seperti nafkah, pakaian, tempat tinggal, pengobatan dan sebagainya, sesuai dengan kondisi masing- masing,  atau seperti  yang  dikatakan  oleh  Al  Qur'an "bil ma'ruf" (menurut cara yang ma'ruf/patut)

Namun,   Syari'at   tidak   pernah    melupakan    akan kebutuhan-kebutuhan  spiritual  yang  manusia  tidaklah bernama     manusia     kecuali      dengan      adanya kebutuhan-kebutuhan  tersebut, sebagaimana kata seorang pujangga  kuno:  "Maka  karena  jiwamu  itulah   engkau sebagai manusia, bukan cuma dengan badanmu."

Bahkan  Al Qur'an menyebut perkawinan ini sebagai salah satu ayat diantara ayat-ayat Allah di alam semesta  dan salah    satu    nikmat   yang   diberikan-Nya   kepada hamba-hamba-Nya. Firman-Nya:
"Dan  diantara  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  ialah   Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan  merasa  tenteram  kepadanya, dan  dijadikan-Nya  diantaramu  rasa  kasih dan sayang. Sesungguhnya  pada  yang   demikian   itu   benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Rum: 21)

Ayat ini menjadikan sasaran atau tujuan hidup  bersuami isteri ialah ketenteraman hati, cinta, dan kasih saying antara  keduanya,  yang  semua  ini   merupakan   aspek kejiwaan,  bukan  material. Tidak ada artinya kehidupan bersuami isteri yang  sunyi  dari  aspek-aspek  maknawi ini, sehingga badan berdekatan tetapi ruh berjauhan.

Dalam  hal  ini banyak suami yang keliru - padahal diri mereka sebenarnya baik - ketika  mereka  mengira  bahwa kewajiban  mereka  terhadap isteri mereka ialah member nafkah, pakaian, dan tempat  tinggal,  tidak  ada  yang lain  lagi.  Dia  melupakan  bahwa  wanita (isteri) itu bukan hanya  membutuhkan  makan,  minum,  pakaian,  dan lain-lain  kebutuhan  material, tetapi juga membutuhkan perkataan yang baik,  wajah  yang  ceria,  senyum  yang manis,   sentuhan   yang  lembut,  ciuman  yang  mesra, pergaulan yang penuh kasih  sayang,  dan  belaian  yang lembut   yang   menyenangkan   hati  dan  menghilangkan kegundahan.

Imam Ghazali mengemukakan sejumlah hak suami isteri dan adab   pergaulan   diantara   mereka   yang   kehidupan berkeluarga tidak akan dapat harmonis tanpa semua  itu. Diantara  adab-adab yang dituntunkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah itu ialah berakhlak yang  baik  terhadapnya  dan sabar dalam menghadapi godaannya. Allah berfirman:

"...  Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara yang ma'ruf (patut) ..., An Nisa': 19)  
"... Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil  dari kamu perjanjian yang kuat." (An Nisa': 21)
"...  Dan  berbuat  baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,  anak-anak  yatim,  orang-orang  miskin, tetangga  yang  dekat  dan  tetangga  yang  jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu ...." (An Nisa: 36)

Ada  yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan "teman sejawat" dalam ayat di atas ialah isteri.
Imam Ghazali berkata, "Ketahuilah bahwa berakhlak  baik kepada  mereka  (isteri)  bukan  cuma  tidak  menyakiti mereka, tetapi juga sabar menerima keluhan mereka,  dan penyantun  ketika  mereka  sedang  emosi  serta  marah, sebagaimana diteladankan Rasulullah saw.  Isteri-isteri beliau itu sering meminta beliau untuk mengulang-ulangi perkataan, bahkan pernah ada pula  salah  seorang  dari mereka menghindari beliau sehari semalam.

Beliau pernah berkata kepada Aisyah, "Sungguh, aku tahu kalau engkau  marah  dan  kalau  engkau  rela."  Aisyah bertanya,  "Bagaimana  engkau  tahu?"  Beliau menjawab, "Kalau engkau rela, engkau berkata, 'Tidak, demi  Tuhan Muhammad,'  dan  bila  engkau  marah,  engkau  berkata, 'Tidak, demi Tuhan Ibrahim.' Aisyah  menjawab,  "Betul, (kalau   aku  marah)  aku  hanya  menghindari  menyebut namamu."

Dari adab  yang  dikemukakan Imam  Ghazali  itu  dapat ditambahkan  bahwa  disamping  bersabar  menerima  atau menghadapi kesulitan isteri, juga  bercumbu,  bergurau, dan  bermain-main  dengan  mereka, karena yang demikian itu dapat menyenangkan  hati  wanita.  Rasulullah  saw. biasa   bergurau   dengan   isteri-isteri   beliau  dan menyesuaikan diri dengan pikiran mereka dalam bertindak dan   berakhlak,  sehingga  diriwayatkan  bahwa  beliau pernah melakukan perlombaan lari cepat dengan Aisyah.
Umar r.a. - yang dikenal berwatak keras  itu  -  pernah berkata,  "Seyogyanya  sikap  suami  terhadap isterinya seperti anak kecil, tetapi apabila mencari apa yang ada disisinya  (keadaan  yang  sebenarnya)  maka dia adalah seorang laki-laki."

Dalam menafsirkan hadits: "Sesungguhnya Allah  membenci alja'zhari  al-jawwazh,"  dikatakan bahwa yang dimaksud ialah  orang  yang  bersikap  keras   terhadap   isteri (keluarganya)   dan   sombong  pada  dirinya.  Dan  ini merupakan salah satu makna  firman  Allah:  'utul.  Ada yang  mengatakan  bahwa  lafal 'utul berarti orang yang kasar mulutnya dan keras hatinya terhadap keluarganya.

Keteladanan tertinggi bagi semua itu  ialah  Rasulullah saw.   Meski   bagaimanapun   besarnya   perhatian  dan banyaknya kesibukan beliau dalam  mengembangkan  dakwah dan  menegakkan  agama,  memelihara jama'ah, menegakkan tiang daulah dari dalam dan memeliharanya dari serangan musuh  yang  senantiasa  mengintainya dari luar, beliau tetap  sangat  memperhatikan  para  isterinya.   Beliau adalah manusia yang senantiasa sibuk berhubungan dengan Tuhannya seperti berpuasa, shalat,  membaca  Al-Qur'an, dan berzikir, sehingga kedua kaki beliau bengkak karena lamanya  berdiri  ketika  melakukan  shalat  lail,  dan menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya.

Namun,  sesibuk  apa  pun beliau tidak pernah melupakan hak-hak isteri-isteri beliau yang harus beliau  penuhi. Jadi,  aspek-aspek  Rabbani  tidaklah  melupakan beliau terhadap aspek  insani  dalam  melayani  mereka  dengan memberikan  makanan  ruhani  dan  perasaan  mereka yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan yang mengenyangkan perut dan pakaian penutup tubuh.

Dalam  menjelaskan sikap Rasulullah dan petunjuk beliau dalam mempergauli isteri, Imam Ibnu Qayyim berkata:
"Sikap Rasulullah saw. terhadap isteri-isterinya  ialah bergaul dan berakhlak baik kepada mereka. Beliau pernah menyuruh gadis-gadis Anshar  menemani  Aisyah  bermain. Apabila  isterinya  (Aisyah)  menginginkan sesuatu yang tidak terlarang menurut agama, beliau menurutinya. Bila Aisyah  minum  dari  suatu  bejana,  maka  beliau ambil bejana itu dan beliau minum daripadanya pula dan beliau letakkan  mulut  beliau  di  tempat  mulut  Aisyah tadi (bergantian minum pada satu bejana/tempat), dan  beliau juga biasa makan kikil bergantian dengan Aisyah."

Beliau  biasa  bersandar  di  pangkuan  Aisyah,  beliau membaca  Al  Qur'an  sedang  kepala  beliau  berada  di pangkuannya.  Bahkan pernah ketika Aisyah sedang haidh, beliau  menyuruhnya   memakai   sarung,   lalu   beliau memeluknya.  Bahkan,  pernah  juga  menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.

Diantara kelemahlembutan dan akhlak  baik  beliau  lagi ialah   beliau   memperkenankannya  untuk  bermain  dan mempertunjukkan kepadanya permainan orang-orang  Habsyi ketika  mereka  sedang  bermain di masjid, dia (Aisyah) menyandarkan kepalanya ke pundak beliau  untuk  melihat permainan  orang-orang  Habsyi  itu. Beliau juga pernah berlomba lari dengan Aisyah dua kali, dan  keluar  dari rumah bersama-sama.

Sabda Nabi saw:
"Sebaik-baik  kamu  ialah  yang  paling  baik  terhadap keluarganya, dan aku  adalah  orang  yang  paling  baik terhadap keluargaku."

Apabila   selesai   melaksanakan   shalat  ashar,  Nabi senantiasa mengelilingi (mengunjungi)  isteri-isterinya dan beliau tanyakan keadaan mereka, dan bila malam tiba beliau pergi ke rumah isteri beliau yang pada waktu itu tiba  giliran  beliau  untuk  bermalam. Aisyah berkata, "Rasulullah  saw.  tidak   melebihkan   sebagian   kami terhadap  sebagian  yang  lain dalam pembagian giliran. Dan setiap hari beliau mengunjungi kami semuanya, yaitu mendekati  tiap-tiap  isteri beliau tanpa menyentuhnya, hingga  sampai  kepada  isteri  yang  menjadi   giliran beliau, lalu beliau bermalam di situ."1
Kalau  kita  renungkan apa yang telah kita kutip disini mengenai petunjuk Nabi saw.  tentang  pergaulan  beliau dengan  isteri-isteri  beliau, kita dapati bahwa beliau sangat memperhatikan mereka, menanyakan keadaan mereka, dan   mendekati  mereka.  Tetapi  beliau  mengkhususkan Aisyah dengan perhatian lebih, namun ini bukan  berarti beliau   bersikap  pilih  kasih,  tetapi  karena  untuk menjaga kejiwaan Aisyah yang beliau nikahi ketika masih perawan dan karena usianya yang masih muda.

Beliau  mengawini  Aisyah ketika masih gadis kecil yang belum mengenal seorang  laki-laki  pun  selain  beliau. Kebutuhan  wanita  muda  seperti ini terhadap laki-laki lebih besar dibandingkan dengan wanita janda yang lebih tua dan telah berpengalaman. Yang kami maksudkan dengan kebutuhan disini bukan  sekadar  nafkah,  pakaian,  dan hubungan biologis saja, bahkan kebutuhan psikologis dan spiritualnya lebih penting  dan  lebih  dalam  daripada semua  itu. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kita lihat  Nabi  saw.  selalu  ingat  aspek  tersebut   dan senantiasa   memberikan   haknya   serta  tidak  pernah melupakannya  meskipun  tugas  yang  diembannya  besar, seperti  mengatur  strategi dakwah, membangun umat, dan menegakkan daulah.
"Sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang bagus bagi kamu."
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.

Catatan kaki: 
1 Zadul Ma'ad 1:78-79, terbitan Sunnah Muhammadiyyah.

Anda pengunjung yang ke