Minggu, 23 September 2012

Etika Persetubuhan Suami Istri dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaykum wr. wb.

Hanya Islam, satu-satunya agama di dunia ini yang membahas seluk beluk aktivitas manusia, dari ia bangun tidur, kemudian beraktivitas, hingga tertidur kembali. Bahkan, Rasulullah juga membahas hal-hal yang berkaitan dengan persetubuhan suami-istri. Dan beliau pun menyampaikannya secara tidak vulgar. Namun, banyak umat Islam yang tidak tahu menahu akan hal ini.
Hubungan seksual yang halal bukanlah hal tabu dalam Islam. Derasnya pengaruh tontonan pornografi bisa membuat Anda terpengaruh untuk melakukan perbuatan yang dilaknat Allah SWT ketika berhubungan dengan istri / suami  yang mana Anda tidak ketahui sama sekali tentang hukum perbuatan tersebut. Oleh karena itu, Penulis merasa penting untuk berbagi pengetahuan ini kepada Anda. Karena hal ini hampir tidak sama sekali dibicarakan, baik dalam ceramah, pelajaran agama di sekolah, dan bahkan nasehat dari orangtua.

Persetubuhan Suami Istri adalah Ibadah
Tahukah Anda bahwa Islam menganggap persetubuhan suami istri adalah ibadah ? Hal ini dikarenakan apabila persetubuhan dilakukan oleh mereka yang bukan suami istri maka perbuatan tersebut menjadi dosa.

Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)

Awali dengan Berdoa dan Cumbuan Mesra
Ketika di sekolah dulu, tentunya kita pernah diajarkan berbagai macam doa, seperti doa sebelum & sesudah makan, dst. Namun sayangnya, doa sebelum bersetubuh tidak diajarkan di sekolah, sehingga banyak orang yang tidak mengetahuinya. Dan kita langsung melakukannya begitu saja, tanpa diawali doa, apalagi cumbuan mesra.

Sebelum melakukan persetubuhan, kita dianjurkan untuk membaca doa agar Allah SWT melindungi anak yang akan lahir nanti.

Diterima dari Ibnu Abbas R.A. Ia berkata, Nabi SAW bersabda “Apabila seorang diantara kamu hendak melakukan persetubuhan dengan istrinya, hendaklah membaca  :
بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
– Bismillahi.. Allohumma JannibnaaSy-Syaytho0na wa jannibisy-Syaythoona maa rozaqtanaa –
(Dengan nama Alloh. Ya Alloh jauhkanlah setan dari kami dan dari anak kami yang akan Engkau anugrahkan kepada kami). Apabila mereka berdua memperoleh anak dari persetubuhan tersebut, niscaya setan tidak membahayakan anak tersebut.” (Hadits ke 101, H.R. Bukhori)

Ada yang mendefinisikan bahwa Ibadah adalah suatu perbuatan baik yang Allah SWT sukai. Oleh karena itu, ibadah sudah semestinya dilakukan dengan cara yang baik , tidak seenaknya, tidak merugikan kepentingan orang lain, tidak menyakiti orang lain dst. Begitu pula dalam hubungan intim, kita diajarkan agar memperlakukan pasangan kita dengan baik sekali. Jangan memperlakukan suami/istri seperti binatang yang mana dia harus mengikuti yang kita inginkan. Rasulullah SAW mengajarkan kita agar persetubuhan diawali dengan pemanasan seperti ucapan dan cumbuan romantis. Janganlah persetubuhan yang kita lakukan seperti bersetubuhnya binatang.

Sabda Rasul Allâh SAW: “Siapa pun diantara kamu, janganlah menyamai isteri seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan  itu ? Rasul Allâh SAW bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. At-Tirmidzi, Bukhâri, dan Muslim).
*perantaraan = foreplay.

Hal-Hal yang Diperbolehkan ketika Kita Bersetubuh
Kita perlu memperhatikan apa-apa saja yang boleh dilakukan ketika melakukan persetubuhan agar kita tidak menyakiti pasangan kita  hanya untuk memenuhi nafsu seksual. Islam memperbolehkan suami-istri melakukan berbagai macam gaya persetubuhan  asalkan tetap melalui vagina.

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Alloh dan kelak kamu akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.(QS. Al-Baqrah:223)

Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’.

Ijba' adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi vagina perempuan dari arah belakang atau istilah kerennya posisi 21. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang bersetubuh dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut untuk membantah anggapan perempuan-perempuan Yahudi kala itu dan membolehkan suami istri untuk melakukannya .

Tentunya hasrat seksual suami atau istri bisa datang sewaktu-waktu dan tidak bisa ditahan berlama-lama. Lalu bagaimana jika hasrat seksual suami muncul ketika istri sedang hamil ? Apakah  boleh suami menyetubuhi istri ketika sedang hamil ?

Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya Aku hendak melarang ghilah, tetapi aku teringat bahwa bangsa Romawi dan Persia melakukan hal itu dan itu tidak membahayakan anak-anak mereka" (HR. Muslim)

*Ghilah = bersetubuh dengan istri ketika hamil.
Rasulullah membolehkan suami menyetubuhi istrinya ketika hamil, namun perlu kehati-hatian. Dokter menyarankan agar berhati-hati menyetubuhi istri ketika hamil karena dapat menyebabkan keguguran janin.

Etika Setelah Melakukan Persetubuhan Suami Istri
Dari awal hingga melakukan persetubuhan, Islam memberikan kita bimbingan seperti yang telah uraikan di atas. Dan tentunya, setelah melakukan persetubuhan pun Islam juga mengajarkan kita apa yang seharusnya kita lakukan. Seseorang yang telah bersetubuh berarti dia dalam keadaan hadats besar. Seseorang yang berhadats besar baik bersetubuh atau pun mengeluarkan air mani saja diwajibkan untuk mandi janabat. Meskipun ketika bersetubuh (pertemuaan dua alat kelamin) tidak mengeluarkan air mani, tetap saja kita diwajibkan untuk mandi janabat atau mandi besar.

Dari Aisyah RA berkata "Apabila dua persunatan (laki-laki dan perempuan) telah bertemu maka bagi keduanya mandi. Saya telah melakukan demikian itu bersama Rasulullah, kemudian kami mandi". (Hadis riwayat Tirmidzi, Thabrani dan Daruquthni)

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah saw telah bersabda,“Jika seseorang telah berada di antara 4 anggota tubuh istrinya – maksudnya kedua tangan dan kedua kaki istri— lalu menyetubuhiinya, maka wajiblah mandi.” (HR. Bukhari)

Setelah Anda mandi janabat dan mulai beraktivitas atau pun bergaul dengan masyarakat, janganlah Anda menceritakan rahasia seksualitas pasangan Anda atau apa yang Anda lakukan ketika berhubungan intim kepada orang lain karena Allah SWT tidak menyukai mereka yang melakukan perbuatan ini.

Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya manusia yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat, adalah seorang pria yang menyetubuhi istrinya dan istrinya menyetubuhi suaminya kemudian ia ceritakan rahasia pasangannya” (H.R. Muslim).

Menceritakan rahasia seksualitas pasangan Anda kepada orang adalah suatu dosa besar sehingga Alloh melihat Anda sebagai manusia yang paling buruk di sisi-Nya. Fenomena saat ini, persetubuhan direkam dengan kamera foto atau handy cam. Apabila dokumentasi tersebut disebar ke orang lain, maka Anda jauh lebih buruk daripada orang yang menceritakannya dengan lisan.

Larangan-Larangan ketika Persetubuhan Suami Istri
Ada hal-hal yang diperbolehkan dan ada pula yang dilarang. Itulah kehidupan, seperti sebuah  koin  dengan gambar yang saling bersisian. Begitu pula dalam persetubuhan, kita perlu memperhatikan apa yang Allah SWT larang bagi kita untuk melakukannya. Pelarangan ini tentunya untuk kebaikan kita juga agar persetubuhan yang seharusnya dilakukan dengan cinta dan kasih sayang tidak berubah menjadi perbuatan yang menyakitkan atau bahkan menimbulkan penyakit.

Apa-apa saja yang dilarang ketika melakukan persetubuhan ?
1. Jangan melakukan persetubuhan ketika istri sedang haidh
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allâh kepadamu. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222) 

Namun demikian, hubungan seksual ketika istri sedang haidh tetap diperbolehkan asalkan tidak melakukan pertemuan dua alat kelamin.
Dari Aisyah RA. ia berkata, "Apabila salah seorang dari kami (istri-istri Nabi Muhammad) sedang haidh,padahal Rasulullah sedang ingin bercumbu maka disuruhnya istri beliau untuk memakai sarung, sesudah itu beliau mencumbunya. " Aisyah menambahkan "Siapakah diantara kamu yang sanggup mengendalikan nafsunya sebagaimana Rasulullah SAW sanggup mengendalikannya ?" (HR. Bukhori, no.191)

2. Alloh mengutuk pelaku anal sex
Dari Abu Hurairah radhiy Allâhu `anhu, Rasul Allâh SAW bersabda, “Terkutuklah siapa saja yang menggauli isterinya melalui duburnya”. (HR. Abu Dâud dan al-Nasâ’iy)
Apabila Anda kritis dan bijak menafsirkan kata ladang pada surah Al-Baqarah : 223, maka sesungguhnya ladang adalah tempat bercocok tanam. Dengan kata lain, bercocok tanam pada manusia ( lebih tepatnya pembuahan/fertilisasi ) hanya dapat dilakukan melaui vagina, bukan melalui melalui dubur (anal sex).

Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaykum wr.wb.

Rabu, 19 September 2012

RPP DAN SILABUS PAI BERKARAKTER SMA

Rpp Pai SMA Berkarakter Tahun Ajaran 2012/2013


Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 2 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 2 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 1 [Download]
Rpp Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 2 [Download]

Silabus Pai SMA Berkarakter Tahun Ajaran 2012/2013


Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 10 Semester 2 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 11 Semester 2 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 1 [Download]
Silabus Pai SMA Berkarakter Kelas 12 Semester 2 [Download]

Jumat, 14 September 2012

Biografi Buya Yahya

Buya Yahya Zainul Maarif

 
Sekilas Tentang Buya Yahya

Kedatangan Buya Yahya Zainul Maarif (yang lebih akrab disapa Buya Yahya) ke Cirebon pada akhir tahun 2005 dalam rangka mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun (seorang guru yang sangat berpengaruh didalam perjalanan ilmiah Buya Yahya) untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Yahya dengan teman-temanya Habib Hasan Aljufri, ustadz Budi Abdullathif, ustadz Abdul Aziz Muslim dan ustadz Fathurrahman mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Dan saat itu Yahya belum mendapatkan izin dari gurunya untuk berdakwah ke masyarakat.

Pada pertengahan 2006 Buya Yahya menghadap kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Yahya memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya di mudahkan oleh Allah untuk membuka majlis-majlis taklim di Masjid terbesar di Cirebon masjid Attaqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah hampir memenuhi ruangan dalam masjid. Ia meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah karena berkat ridha para gurunya lebih khusus lagi adalah Habib Abdullah Baharun. Bersamaan itu juga Yahya membuka majlis taklim bulanan di berbagai tempat hingga 29 majlis yang beliau asuh di Cirebon Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Diantaranya adalah majlis yang diadakan masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid al Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina Klayan, masjid Almustaqim Weru dan beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll. Majleis yang Buya Yahya asuh diberi nama Majlis Al-Bahjah sekaligus nama pesantren yang saat ini Buya Yahya rintis.



Tahap perkenalan Buya Yahya dengan masyarakat di samping kesabaranya untuk bersilaturrahmi ke musholla-musholla dan masjid-masjid. Buya Yahya pada pertengahan 2006, selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Salma 101 FM yang saat itu Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Dan selama itu pula Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian pengajian.

Di media cetak Buya Yahya juga ikut berdakwah. Selama bulan Ramadhan yang lalu Buya Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Radar Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengisi artikel diharian tersebut disetiap hari Jumat dalam Oase Iman. Buya Yahya mengasuh rubrik masail diniyah disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di jawa timur.

Dan alhamdulillah saat inipun Buya Yahya dan tim dakwahnya (atas pertolongan Allah) bisa menghadirkan Website media dakwah online (www.buyayahya.org) dalam upaya membidik semua celah kehidupan manusia untuk bisa diisi dengan dakwah dan pada tgl 10 januari 2010 menghadirkan radio dakwah RADIO QU 98.5 FM (www.radioquonline.com).


Perjalanan Ilmiah Yahya

Sebelum ke Yaman Pendidikan dasar hingga SMP diselesaikan di kota kelahirannya. Disamping itu juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di pesantren Darullughah Wadda’wah di Bangil Pasuruan Jatim dibawah asuhan al Murobbi Al Habib Hasan bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar dipesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan. Pada tahun 1996 berangkat ke univ al-Ahgaf atas perintah sang guru Habib Hasan Baharun hingga akhir 2005.

Buya Yahya selama 9 tahun di Yaman belajar fiqih diantaranya kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur bin Hafid. Selama di Yaman, ia pun belajar Ilmu Hadits diantaranya kepada DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi dari Iraq, Habib Salim Asysyathri dan Sayyihd Ahmad Bin Husin Assegaf.

Dari Habib Salim Asysyatiri Buya Yahya sempat mengambil beberapa disiplin ilmu diantaranya fiqih, aqidah, ulummul quran dan mustholah alhadits. Biarpun Buya Yahya tidak tinggal dipesantren (Rubath) Habib Salim Asysyathri Buya Yahya mendapatkan kesempatan yang sangat banyak untuk belajar dari beliau. Sebab dipagi hari Habib Salim mengajar di kampus dan sore hari hingga malam Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau 4 kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim.
 
Hadits dan ilmu haditsnya di ambil dari beberapa guru diantaranya adalah Dr Ismail Kadhim Al Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakarnya diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti (semuanya adalah dari Syingqiti–Mortania yang mereka adalah para ulama dalam Madhab Maliki) dan DR Mahmud Assulaimani dari Mesir.
 
Ilmu bahasa Arabnya di ambil dari Syekh Muhammad Alhafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurah Uquduljuman dalam ilmu balaghoh, thurroh lamiyatul afal dalam ilmu shorof dan thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir seorang Alim dari madhab maliki.
 
Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama 3 tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) Universitas Al-Ahgaff. Sekarang Buya Yahya aktif berdakwah di masyarakat dan mengasuh majelis Al-Bahjah dan pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Guru-guru  Buya Yahya.
 
Ada dua guru murobbi Buya Yahya yang sangat mempengaruhi didalam perjalanan ilmiyah Buya Yahya. Yang pertama adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun pengasuh dan pendiri Pon-pes Darullughoh Waddakwah Bangil-Pasuruan-Jawa Timur. Yang kedua adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun rektor universitas Al Ahgaff Republik Yaman. Buya Yahya mempunyai sanad ilmu dari guru-guru yang sangat jelas. Selain dari murobbi dan mursidnya tersebut guru Buya Yahya amat banyak , diantaranya adalah :

A-Dari indonesia.
1-Habib Husin bin Soleh Almuhdhor, Bondowoso
2-Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil
3-Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil.
4-Ust Qoimuddin Abdullah, Bangil
5-Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang
6-Habib Abdullah Maulahailah, Malang.
7-Habib Muhammad Alhaddad, Malang
8-Ust Nasihin, Bangil.
9- KH Imron Mahbub, Blitar.dll
 
B-Dari Luar Negri.
1- Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman
2- Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim,Yaman
3- Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim,Yaman
4- Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman
5- Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim,Yaman
6- DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi, Iraq.
7- Habib Salim Asysyathri Tarim,Yaman
8- Syeh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Mortania.
9- Syeh Muhammad Amin Assyingqiti, Mortania.
10-Syeh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti, Mortania .
11-DR Mahmud Assulaimani, Mesir.
12- Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan Mesir.
13-Dll.

Anda pengunjung yang ke