Dr. Yusuf Qardhawi
PERTANYAAN
Saya adalah seorang pelajar sekolah lanjutan. Saya cinta kepada agama dan
tekun beribadah. Tetapi saya menghadapi suatu kendala, yaitu mudah terangsang
bila melihat pemandangan yang membangkitkan syahwat, dan hampir-hampir saya
tidak dapat menguasai diri dalam hal ini. Keadaan ini membuat saya repot karena
harus sering mandi dan mencuci pakaian dalam. Bagaimana saran Ustadz untuk
memecahkan problematika ini sehingga saya dapat memelihara agama dan ibadah saya
dengan baik?
JAWABAN:
Pertama, saya berdoa semoga Allah memberi berkah kepada Anda, pemuda yang
begitu besar perhatiannya terhadap agama yang lurus ini, dan saya minta kepada
Anda agar senantiasa berpegang teguh dengannya dan tetap antusias kepadanya, jauh
dari teman-teman yang jelek perilakunya, serta senantiasa menjaga agama dari
gelombang materialisme dan kebebasan, yang telah banyak merusak pemuda-pemuda
dan remaja-remaja kita. Juga saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa Anda
bisa termasuk anggota tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah pada hari tidak
ada lagi naunngan selain naungan-Nya, selama Anda taat kepada-Nya.
Kedua, saya nasihatkan kepada saudara penanya agar memeriksakan diri
kepada dokter spesialis, barangkali problema yang dihadapi itu semata-mata
berkaitan dengam suatu organ tubuh tertentu, dan para dokter ahli tentunya memiliki
obat untuk penyakit seperti ini. Allah berfirman:
"... maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (An
Nahl: 43)
Rasulullah saw. bersabda:
"Tidaklah Allah menurunkan
suatu penyakit melainkan Ia juga menurunkan obat untuknya." (HR Ibnu
Majah dari Abu Hurairah)
Ketiga, saya nasihatkan juga kepada Anda agar menjauhi - sekuat mungkin -
segala hal yang dapat membangkitkan syahwatnya dan menjadikannya menanggung
beban serta kesulitan (mandi dan sebagainya). Adalah suatu kewajiban bagi
setiap mukmin untuk tidak menempatkan dirinya di tempat-tempat yang dapat
menimbulkan kesukaran bagi dirinya dan menutup semua pintu tempat berhembusnya
angin fitnah atas diri dan agamanya. Simaklah kata-kata hikmah berikut:
"Orang berakal itu bukanlah orang yang pandai mencari-cari alasan
untuk membenarkan kejelekannya setelah terjatuh kedalamnya, tetapi orang
berakal ialah orang yang pandai menyiasati kejelekan agar tidak terjatuh ke
dalamnya." Diantara tanda orang salih ialah menjauhi perkara-perkara yang
syubhat sehingga tidak terjatuh ke dalam perkara yang haram, bahkan menjauhi
sebagian yang halal sehingga tidak terjatuh kedalam yang syubhat. Rasulullah
saw. Bersabda: "Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqin (orang yang
takwa) sehingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak terlarang karena khawatir
terjatuh pada yang terlarang." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari
Athiyyah as-Sa'di dengan sanad sahih)
Keempat, setiap yang keluar dari tubuh manusia – karena melihat
pemandangan-pemandangan yang merangsang – belum tentu mani (yang hukumnya wajib
mandi jika ia keluar). Boleh jadi yang keluar itu adalah madzi, yaitu cairan
putih, jernih, dan rekat, yang keluar ketika sedang bercumbu, atau melihat
sesuatu yang merangsang, atau ketika sedang mengkhayalkan hubungan seksual.
Keluarnya madzi tidak disertai syahwat yang kuat, tidak memancar, dan tidak diahkiri
dengan kelesuan (loyo, letih), bahkan kadang-kadang keluarnya tidak terasa.
Madzi ini hukumnya seperti hokum kencing, yaitu membatalkan wudhu (dan najis)
tetapi tidak mewajibkan mandi. Bahkan Rasulullah saw. memberi keringanan untuk
menyiram pakaian yang terkena madzi itu, tidak harus mencucinya.
Diriwayatkan dari Sahl bin Hanif, ia berkata, "Saya merasa melarat
dan payah karena sering mengeluarkan madzi dan mandi, lalu saya adukan hal itu
kepada Rasulullah saw., kemudian beliau bersabda, 'Untuk itu, cukuplah engkau berwudhu.'
Saya bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana dengan yang mengenai pakaian saya?
Beliau menjawab, 'Cukuplah engkau mengambil air setapak tangan, lalu engkau
siramkan pada pakaian yang terkena itu.'" (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Tirmidzi. Beliau berkata, hasan sahih)
Menyiram pakaian (pada bagian yang terkena madzi) ini lebih mudah
daripada mencucinya, dan ini merupakan keringanan serta kemudahan dari Allah
kepada hamba-hamba-Nya dalam kondisi seperti ini yang sekiranya akan menjadikan
melarat jika harus mandi berulang-ulang. Maha Benar Allah Yang Maha Agung yang
telah berfirman:
"... Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."
(Al-Maa'idah: 6)
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar